Skip to main content

238.971 Siswa Lulus PPDB Jawa Barat Tahun 2019

http://disdik.jabarprov.go.id/news/1287/238.971-siswa-lulus-ppdb-jawa-barat-tahun-2019

BANDUNG, DISDIK JABAR – Sebanyak 238.971 calon peserta didik dinyatakan lulus seleksi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Jawa Barat tahun 2019 tingkat sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan sekolah luar biasa (SLB) negeri. Jumlah tersebut terdiri dari 107.643 pendaftar SMA, 116.584 pendaftar SMK, dan 365 pendaftar SLB. Data tersebut adalah hasil seleksi yang diumumkan pada Sabtu (29/6/2019). Dengan perincian, 82,5% pendaftar diterima di tingkat SMA, 83,94% diterima di tingkat SMK, dan 100% di tingkat SLB.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat (Jabar), Dewi Sartika. Kadisdik mengatakan, jumlah pendaftar PPDB 2019 mencapai 287.592 pendaftar, dengan total kuota yang disediakan sebanyak 282.806 kursi. Terdiri dari SMA sebanyak 107.643 kursi, SMK 116.584 kursi, dan SLB 365 kursi.
“PPDB 2019 melibatkan 829 satuan pendidikan negeri, mencakup 505 SMA, 285 SMK, dan 39 SLB di seluruh 27 kabupaten/kota di Jawa Barat,” ucap Kadisdik saat ditemui, Senin (1/6/2019).
Kadisdik memaparkan, di tingkat SMA, 20.904 siswa (83,9%) diterima pada jalur zonasi kategori zonasi murni. Sebanyak 17.962 siswa (65,3%) diterima pada jalur zonasi kategori zonasi kombinasi. Sedangkan 50 siswa (100%) diterima pada jalur zonasi kategori anak berkebutuhan khusus (ABK) dan 20.904 siswa (96,4%) diterima pada jalur zonasi kategori keluarga ekonomi tidak mampu (KETM).
Kemudian, 8.261 siswa (83,9%) diterima pada jalur prestasi, baik prestasi Nilai Hasil Ujian Nasional (NHUN) maupun prestasi non-NHUN. Sedangkan 1.917 siswa (99%) diterima pada jalur perpindahan orang tua.
Di tingkat SMK, sebanyak 73.586 siswa (87,7%) diterima pada jalur prestasi NHUN, 2.998 siswa (77,8%) diterima di jalur prestasi non-NHUN, 21.594 siswa (76,7%) diterima pada jalur KETM, 56 siswa (100%) diterima pada jalur ABK, dan 631 siswa (96,3%) diterima pada jalur perpindahan orang tua.
Sekolah dengan Pendaftar Tertinggi
Kadisdik menjelaskan, dari data yang terhimpun, SMAN 2 Depok menjadi sekolah dengan pendaftar terbanyak, yakni 1.304 pendaftar. Diikuti SMAN 1 Kota Depok dengan 1.189 pendaftar.
Sedangkan di tingkat SMK, SMKN 1 Palasah Kabupaten Majalengka menjadi sekolah dengan peminat terbanyak, yakni 1.304 siswa. Diikuti oleh SMKN 1 Karawang dengan 1.158 pendaftar.
Dalam kesempatan tersebut, Kadisdik mengucapkan selamat kepada seluruh peserta didik yang diterima. Kadisdik pun mengimbau peserta didik agar segera melakukan pendaftaran ulang yang mulai dibuka pada 1 - 2 Juli 2019. Sedangkan bagi calon peserta didik yang tidak diterima, Kadisdik meminta agar tidak berkecil hati. “Masih ada sekolah SMA dan SMK swasta yang memiliki mutu serta kualitas sama dengan sekolah negeri,” tuturnya.***

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G