Skip to main content

Disiplin Partai, Kritik Darsono dan Perpecahan Sarekat Islam

https://phesolo.wordpress.com/2012/01/18/disiplin-partai-kritik-darsono-dan-perpecahan-sarekat-islam-bagian-1/

Semaoen dan Darsono
“Partai Tanpa Disiplin Ibarat Tembok Tanpa Semen dan Mesin Tanpa Baut”
Peristiwa Afdeeling B  di Garut tahun 1919 dan kekalahan pemogokan umum buruh PFB (Personeel Fabrik Bond) pimpinan Soerjopranoto pada tahun 1920 menjadi sebuah titik balik perjuangan Sarekat Islam (SI) dalam mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi pergerakan nasional ini. Peristiwa afdeeling B telah menempatkan beberapa pimpinan CSI (Central Sarekat Islam) sebagai tersangka termasuk Tjokroaminoto. Akibat peristiwa ini beberapa anggota CSI mengusulkan untuk diadakan sebuah disiplin partai. Disiplin partai yang diusulkan pasca peristiwa Afdeeling B adalah mencoba mendisiplinkan SI Lokal agar tidak melakukan aksi-aksi sepihak tanpa sepengetahuan CSI. Sedangkan disiplin partai yang berkembang pasca pemogokan umum PFB dan dimotori oleh kelompok Jogjakarta, Agoes Salim, Abdoel Moeis dan Soerjopranoto adalah menghilangkan unsur-unsur non SI secara tegas. Tujuannya jelas mengeluarkan unsur komunis dan pengaruh mereka yang begitu kuat di tubuh SI dan CSI khusunya, karena di SI para pemimpin komunis menduduki posisi yang penting di dalam kepengurusan CSI dan Persatoean Perserikatan Kaoem Boeroeh (PPKB) atau lebih sering disebut sebagai Vak Sentral.
Pada bulan Oktober 1920 bestuur CSI memutuskan untuk mengadakan kongres guna membahas rencana disiplin partai. Pembicaraan mengenai hal ini telah dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 1920. Abdoel Moeis dalam pertemuan tersebut mengemukakan bahwa perhimpunan tidak mungkin memiliki dua azas. Agoes Salim memberikan bukti kegiatan yang melanggar kebenaran dan bermaksud mengubah SI, tetapi tidak secara rinci diterangkan kegiatan apa saja yang melanggar kebenaran dari anggota CSI yang juga anggota komunis. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan untuk mengintrodusir disiplin partai yang akan diteruskan ke Kongres Nasional SI pada tanggal 16 Oktober 1920 di Surabaya. Keputusan mengadakan Kongres Nasional SI pada tanggal tersebut terlihat terburu-buru karena berjarak hanya dua minggu. Hal ini dapat dimengerti jika melihat bahwa pertemuan Soerjopranoto dan Agoes Salim dengan Gubernur Jendral Van Limburg Stirum dijadwalkan pada 20 Oktober 1920. Hal ini berarti pemberlakuan disiplin partai SI terhadap para anggotanya yang berhaluan komunis merupakan hadiah yang manis bagi Gubernur Jendral.
Sebelum Kongres Nasional SI dilaksanakan, goncangan hebat terjadi di tubuh SI dimana Darsono, propagandis CSI dan anggota SI Semarang melakukan kritik terbuka terhadap pimpinan CSI, Brotosoehardjo dan Tjokroaminoto melalui surat kabar Sinar Hindia pada tanggal 6 Oktober 1920. Dalam kritiknya Darsono mengatakan bahwa maksud perhimpunan adalah untuk menolong anggotanya yang dapat menimbulkan kerukunan serta maksudnya masyarakat tertarik terhadap SI bukan hanya karena Islam saja tetapi juga karena tujuan dari perhimpunan tersebut. Darsono juga menunjukkan bahwa SI sekarang tidak bertenaga karena tidak berusaha memperbaiki nasib anggotanya sehingga banyak ditinggalkan anggotanya. Darsono membandingkan SI dengan Nationaal Indische Partij-Sarekat Hindia (NIP-SH) dan Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV/PKI) yang berjuang tanpa slogan Islam tetapi banyak diminati masyarakat, hal ini dikarenakan tujuan dan maksud dari kedua organisasi ini cukup mudah dimengerti oleh rakyat. Masalah keuangan CSI juga menjadi kritik Darsono yang menganggap CSI tidak akan kekurangan uang dengan begitu banyaknya cabang dan anggota tetapi pada kenyataannya CSI tidak mampu menyewa gedung untuk kantornya, sehingga bestuur CSI bekerja di rumahnya masing-masing atau menumpang di kantor Oetoesan Hindia, sehingga tidak dapat berkumpul bersama setiap hari untuk membicarakan hal-hal penting yang berhubungan dengan organisasi.
Darsono juga mengkritik cara kerja dua bestuur CSI yaitu Brotosoehardjo dan Tjokroaminoto pada tulisannya yang dimuat Sinar Hindia pada tanggal 7 Oktober 1920. Brotosoehardjo suka berjudi yang diakuinya di depan Darsono dan Tjokroaminoto serta disaksikan oleh Alimin di kantor Oetoesan Hindia pada bulan Juli 1920. Selain itu, Brotosoehardjo juga dianggap lalai karena menghilangkan arsip yang berisi bon-bon uang SI ketika akan menghadiri Vergadering di Jogjakarta, meminta uang kepada SI-SI Lokal dalam vergadering-vergadering yang dihadirinya dengan jumlah yang tidak wajar sehingga banyak SI-SI Lokal yang merasa ketakutan….(Bersambung)

https://phesolo.wordpress.com/2012/01/19/disiplin-partai-kritik-darsono-dan-perpecahan-sarekat-islam-bagian-2/

Perpecahan di tubuh CSI telah di depan mata dengan adanya disiplin partai dan kritik yang dilontarkan oleh Darsono kepada pengurus CSI. Kritik yang tajam dilontarkan Darsono kepada Tjokroaminoto sebagai pimpinan CSI. Kritik yang dimuat di Sinar Hindia, pada tanggal 9 Oktober 1920 ini, Darsono mempermasalahkan mengenai mobil yang dimiliki oleh CSI yang dibeli dengan harga f. 2800,- tidak melalui persetujuan lid bestuur CSI. Antara tahun 1919-1920, CSI kekurangan uang dan mobil milik CSI digadaikan kepada Tjokroaminoto seharga f. 2000,-. Perjanjian dalam gadai mobil ini adalah jika dalam waktu delapan bulan mobil tidak diambil oleh CSI maka mobil tersebut menjadi milik Tjokroaminoto. Darsono mempertanyakan bagaimana bisa CSI kekurangan uang sedangkan Tjokroaminoto bisa meminjamkan uang begitu besar kepada CSI. Pada tanggal 5 September 1920 mobil tersebut telah ditawar oleh seseorang seharga f. 3500,- dan Darsono telah mengusulkan untuk menjual mobil tersebut dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk membayar hutang kepada Tjokroaminoto dan sisanya digunakan untuk membiayai penyewaan kantor CSI agar koordinasi antar pengurus CSI bisa dilakukan lebih intensif di kantor tersebut. Tetapi usulan ini ditolak, sehingga mobil tetap milik Tjokroaminoto.

Tjokroaminoto juga dianggap boros oleh Darsono karena selalu menghadiri vergadering dengan mobil tersebut, padahal biaya bensin dan perawatan selalu diambilkan dari kas CSI. Beberapa kali diusulkan untuk melakukan perjalanan vergadering menggunakan kereta karena lebih murah. Tjokroaminoto juga dapat tidak membayar ongkos kereta karena posisinya sebagai anggota volksraad sehingga dapat menghemat pengeluaran CSI. Tetapi usulan ini pun selalu ditolak. Darsono juga mengambil kutipan dari surat kabar Soerabaiash Handelsblad yang memberitakan bahwa Tjokroaminoto telah membelikan mobil baru untuk istri mudanya seharga f. 3000,-. Permasalahan uang lain yang dipermasalahkan oleh Darsono secara terbuka adalah masalah uang derma yang dikumpulkan untuk menolong korban bencana alam gunung Kelud sejumlah f. 10000,- tetapi diberikan kepada orang yang tidak berhak menerima. Uang derma tersebut dipakai oleh Agoes Salim sebesar f. 4500,- untuk perjalanan ke Belanda. Hal ini menurut Darsono sangat tidak pantas karena organisasi selalu berteriak kekurangan uang, sedangkan pengurusnya menghambur-hamburkan uang.

Kritik ini membuat dunia pergerakan nasional tersentak, berbagai tanggapan muncul dari CSI maupun SI-SI Lokal bahkan mendapatkan perhatian yang luas dari organisasi pergerakan lain melalui surat kabar mereka. Surat kabar Persatoean Hindia  milik NIP-SH memuat jawaban-jawaban yang berasal dari kedua belah kubu yang bertikai dan memberikan respon yang cukup provokatif yaitu Doenia  Sarekat Islam Bergontjang, Komunis Kontra Sarekat Islam pada tulisannya tanggal 20 November 1920.

Tjokroaminoto sebagai pihak yang diserang membalas kritik Darsono melalui surat kabar Neratja pada tanggal 18 Oktober 1920 dan juga dimuat oleh Sinar Hindia. Tjokroaminoto menjelaskan ia tidak akan membantah dan membalas serangan Darsono sebelum ada ijin dari vergadering bestuur CSI, karena menurutnya perlawanannya tidak hanya akan mengenai Darsono saja tetapi akan mengguncang tubuh SI dan Tjokroaminoto akan segera menyingkirkan barang yang tercemar dari SI. Tjokroaminoto juga meminta mengundurkan Kongres CSI hingga waktu yang belum ditetapkan untuk mengatasi permasalahan dengan Darsono. Barulah pada tanggal 21 Oktober 1920, Tjokroaminoto menjelaskan dan membantah tuduhan-tuduhan Darsono terhadap dirinya. Ia mengatakan permasalahan biaya bensin dan perawatan mobil sudah seharusnya ditanggung CSI atau SI-SI Lokal yang dikunjunginya. Pembelian mobil bagi istri mudanya dijelaskan menggunakan uang yang berasal dari uang pribadi istrinya sendiri bukan uang curian ataupun uang organisasi. Mengenai uang derma bencana alam gunung Kelud yang dipakai Agoes Salim telah digunakan oleh CSI untuk keperluan sehari-hari dan akan dilaporkan setelah penanganan bencana alam tersebut selesai.

Kritik dan jawaban kritik bukan mereda bahkan menjalar membuka dendam-dendam politik lama, seperti yang dilakukan oleh Soerjopranoto dengan meminta segera memutuskan hubungan dengan pihak komunis Semarang baik di PPKB (Vak Sentral) maupun di SI dengan alasan bahwa kaum komunis selalu menjadi halangan baik gerakan buruh yang dipimpinnya maupun SI dengan terlalu sering melakukan kritik yang mencela. Dan yang utama adalah mengenai kritik kaum komunis terhadap peristiwa Afdeeling B dan kegagalan pemogokan PFB serta yang terakhir adalah kritik Darsono.

Kaum komunis yang diwakili oleh Semaoen menjawab melalui Sinar Hindia bahwa lontaran Soerjopranoto tidak pada tempatnya, karena konflik antara kaum komunis dan SI tidak ada hubungannya dengan Vak Sentral dan tulisan ini menyebabkan rusaknya persatuan kaum buruh. Dan Ia juga menyesalkan kritik yang dilontarkan oleh Darsono, tetapi kritik tersebut merupakan serangan pribadi Darsono dan bukan berasal dari fraksi Komunis.

Nasi telah menjadi bubur, kritik Darsono merupakan sesuatu yang sudah ditunggu-tunggu oleh kelompok Jogjakarta untuk segera menyingkirkan kaum Komunis dari SI, walaupun sebenarnya kritik Darsono memberikan gambaran yang nyata bahwa CSI memang lemah dan persatuan di tubuh SI semakin menurun.

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G