Skip to main content

SANGGAHAN ATAS PERNYATAAN MANTAN MENKES

Sumbert: https://www.facebook.com/ari.karimah.5/posts/865475070732711

 

Karena pernyataan mantan Menkes Siti Fadilah Supari tentang vaksin dan program vaksinasi saya nilai bisa meresahkan dan memecah belah masyarakat yang sedang diharapkan kerelaan dan tanggung jawabnya untuk mensukseskan vaksinasi Covid-19, maka saya perlu memberikan sanggahan atas beberapa pernyataannya. Sanggahan ini dengan sendirinya juga berlaku untuk Karni Ilyas dan Dedi Corbuzier yang menjadi tuan rumah yang mewawancarai yang bersangkutan.
 

“Tidak ada dalam sejarah bahwa pandemi dihentikan dengan vaksin”.

 
➡️ Definisi pandemik: epidemik penyakit infeksi yang MENYEBAR melintasi benua, dan menginfeksi sejumlah besar penduduk. Dalam sejarah umat manusia smallpox atau cacar dikenal sebagai saah satu global pandemic, yang bukan hanya menginfeksi melainkan telah MEMBUNUH 300 juta orang di seluruh dunia selama abad ke-20. Sebelum akhirnya dinyatakan “dunia bebas cacar” karena KEBERHASILAN VAKSINASI.
Vaksin cacar ditemukan oleh Edward Jenner pada tahun 1781, dan memberikan KEKEBALAN SEUMUR HIDUP. Saya adalah salah satu anak yang ikut menjalani vaksinasi cacar, sebelum DUNIA dinyatakan bebas cacar tahun 1980 💪💪💪.
 

“Vaksinasi tidak akan melindungi diri dari terpapar Covid-19”

 
➡️ Betul. Karena vaksin berfungsi melindungi dari BAHAYA TERINFEKSI atau TERTULAR. Terpapar itu artinya kontak dengan virus, sedang terinfeksi berarti:

  • Virus berhasil menaklukkan sistem pertahanan tubuh kita.
  • asuk ke dalam tubuh dan menginfeksi.
  • elakukan replikasi (berkembang biak), serta
  • enimbulkan gejala 😁😁.
 

“Vaksinasi untuk mendapatkan herd immunity yang tidak alami. Meskipun sudah divaksin harus tetap taat prokes”.

 
➡️ Manusia dikaruniai otak salah satunya adalah agar bisa mensyukuri nikmat kehidupan yang diberikan oleh Sang Pencipta alam semesta. Mengharapkan herd immunity atau kekebalan kelompok secara alamiah dari infeksi yang sangat menular, menyengsarakan, nyaris menghentikan perputaran roda ekonomi di SELURUH DUNIA dan mematikan adalah sebuah KEBODOHAN.
Tujuan ilmu pengetahuan ditemukan dan teknologi diciptakan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup manusia. Tenguk-tenguk menunggu terbentuknya herd immunity untuk penyakit infeksi dengan kriteria di atas menurut saya membuat manusia tidak layak disebut sebagai khalifah fil ardh. Pemimpin di muka bumi kok tidak berikhtiar secara maksimal 😉😉.
Meskipun sudah divaksin harus tetap taat prokes? Sila baca disini:
 

“Jika terjadi pandemi yang dikejar adalah penemuan obat, bukan vaksin”.

 
➡️ Obat adalah untuk menyembuhkan, sedang vaksin berfungsi untuk mencegah orang tertular infeksi. Untuk penyakit infeksi yang sangat menular dan mematikan, jika hanya menunggu penemuan obat, akan diperlukan BERAPA BANYAK RUMAH SAKIT DAN DOKTER untuk merawat mereka yang terinfeksi?
Lebih baik melakukan vaksinasi massal pada orang sehat sehingga orang tidak perlu jatuh sakit, serta tidak memerlukan rumah sakit dan dokter, kecuali hanya untuk sedikit kasus.
 

“Kalau virus masih bermutasi jangan dibuat dulu vaksinnya”. 

 
➡️ Kapan dan bagaimana caranya meminta agar virus berhenti bermutasi? Bagaimana cara mencegah agar ribosom sel-sel tubuh orang yang terinfeksi tidak melakukan "salah ketik" ketika menyalin "surat" RNA virus? ⬇️
Apakah bisa dengan himbauan atau harus ada undang-undang atau peraturan pemerintah setempat? 🤣🤣.
Selama mereka yang terinfeksi terus bergerak melintasi batas-batas daerah, negara, bahkan benua, maka virus akan terus bermutasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru.
Siapa yang bisa menghentikan pergerakan manusia di era millenial yang sangat sibuk, dimana sarana tranportasi darat, laut dan udara sudah menghubungkan seluruh dunia ibarat sebuah "desa raksasa?"
 

“Dua orang teman saya meninggal usai disuntik vaksin”.

 
➡️ Anda lupa bahwa dalam dunia obat dan vaksin TIDAK MENGENAL TESTIMONY, melainkan bicara tentang data statistik. Jika benar dua orang itu meninggal setelah vaksinasi, berapa RATUS JUTA ORANG lainnya yang telah terselamatkan oleh vaksinasi?
Orang Jawa mengenal peribahasa: Jer Basuki Mawa Beya. Untuk berhasil diperlukan ongkos. Untuk sukses dibutuhkan pengorbanan. Pasti ada korban vaksinasi. Tapi jumlahnya sangat jauh lebih kecil dibandingkan yang berhasil diselamatkan.
Hari ini dunia mencatat sudah 2,97 MILYAR dosis vaksin disuntikkan kepada orang dari 180 negara. Data terbaru: setiap hari ada 45,6 juta dosis vaksin berbagai merek disuntikkan untuk penduduk bumi. Data ini mau dibandingkan dengan dua orang itu?
KM. 29 June 2021

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G