Skip to main content

Survei: 44,5% Warga Jakarta Pernah Kena Covid, Mayoritas Tanpa Gejala

https://katadata.co.id/sortatobing/berita/60ea9f4392411/survei-44-5-warga-jakarta-pernah-kena-covid-mayoritas-tanpa-gejala

 

Hampir separuh atau 44,5% penduduk Jakarta pernah terinfeksi Covid-19. Fakta ini berdasarkan hasil survei serologi kerja sama Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia. Serologi merupakan teknik berbasis imunologi untuk mengukur respons imun terhadap suatu antigen dari sediaan darah seseorang. “Apabila seseorang pernah terpapar pada agen infeksius tertentu, tubuhnya akan terpicu menghasilkan antibodi spesifik yang dapat dideteksi,” tulis survei berjudul Prevalensi Antibodi Positif SARS CoV-2 di DKI Jakarta, Sabtu (10/7).

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Survei: 44,5% Warga Jakarta Pernah Kena Covid, Mayoritas Tanpa Gejala" , https://katadata.co.id/sortatobing/berita/60ea9f4392411/survei-44-5-warga-jakarta-pernah-kena-covid-mayoritas-tanpa-gejala
Penulis: Sorta Tobing
Editor: Sorta To

Hampir separuh atau 44,5% penduduk Jakarta pernah terinfeksi Covid-19. Fakta ini berdasarkan hasil survei serologi kerja sama Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia. Serologi merupakan teknik berbasis imunologi untuk mengukur respons imun terhadap suatu antigen dari sediaan darah seseorang. “Apabila seseorang pernah terpapar pada agen infeksius tertentu, tubuhnya akan terpicu menghasilkan antibodi spesifik yang dapat dideteksi,” tulis survei berjudul Prevalensi Antibodi Positif SARS CoV-2 di DKI Jakarta, Sabtu (10/7).

Survei ini melibatkan 4.919 sampel dari target 5 ribu penduduk usia setahun atau lebih. Sampelnya tersebar di 100 kelurahan di enam wilayah kabupaten atau kota DKI Jakarta.

Pengumpulan data dan spesimen dilakukan pada 15 sampai 31 Maret 2021. Untuk pendeteksian antibodi virus corona alias SARS-CoV-2, para peneliti memakai tes tetracore-luminex. Dari hasil survei itu sebanyak 53,7% warga Jakarta Pusat telah terinfeksi virus corona. Untuk Jakarta Barat 45,5%, Jakarta Utara 44,5%, Jakarta Selatan 44,4%, Jakarta Timur 40.9%, dan Kepulauan Seribu 39,3%.


Penduduk yang bermukim di wilayah kumuh lebih banyak pernah terinfeksi. Lalu, kelompok perempuan lebih tinggi jumlahnya daripada laki-laki. Dari sisi kelompok umur, yang terbanyak dan pernah terinfeksi di usia 30 sampai 49 tahun. Kelompok yang berisiko tinggi adalah warga dengan indeks massa tubuh dan kadar gula darah tinggi. Survei tersebut juga menemukan banyak warga yang pernah terinfeksi, tidak terdeteksi. Angka yang mengalami keduanya mencapai 81,6%. Sebagian besar dari mereka tidak mengalami gejala. Dari angka-angka tersebur, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi mencapai 44,5% atau mencapai 4,717 juta orang dari total 10,6 juta penduduk. Kasus yang terkonfirmasi sampai 31 Maret lalu adalah 382 ribu pasien. Artinya, jumlah warga yang terinfeksi dan terkonfirmasi hanya 8,1%. Dengan kondisi tersebut, para peneliti merekomendasikan agar setiap warga Jakarta dan pendatang harus tervaksinasi untuk mengatasi Covid-19. Vaksinasi dapat menekan risiko perawatan di rumah sakit dan kematian, walaupun tidak menghentikan penularan.

Banyaknya kasus yang tidak bergejala berarti banyak pula kasus yang tidak terdeteksi. “Maka perlu strategi penanganan pandemi secara cepat dan signifikan untuk jangka pendek, serta antisipasi jangka menengah dan Panjang bila Covid-19 berubah menjadi endemi di masa depan,” tulis hasil survei tersebut. Hasil survei serologi tersebut juga menunjukkan pentingnya menuntaskan vaksinasi seluruh penduduk Jakarta. Masyarakat juga harus dilatih dan dibiasakan untuk menilai risiko dan menjaga pola hidup sehat. Praktik protokol kesehatan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas, perlu selalu dilakukan. “Agar masyarakat siap berkegiatan secara produktif di tengah ancaman jangka panjang endemi Covid-19,” tulisnya.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Survei: 44,5% Warga Jakarta Pernah Kena Covid, Mayoritas Tanpa Gejala" , https://katadata.co.id/sortatobing/berita/60ea9f4392411/survei-44-5-warga-jakarta-pernah-kena-covid-mayoritas-tanpa-gejala
Penulis: Sorta Tobing
Editor: Sorta Tobing


 

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G