Skip to main content

Pelajaran dari Kisah Tambang Zambia

Pelajaran dari Kisah Tambang Zambia

Penulis: Prof. Mikrajuddin Abdullah


Zambia adalah negara penghasil tembaga terbesar di Afrika dan penghasil
tembaga terbesar ke-3 di dunia. Tambang tembaga sudah dieksploitasi
sejat tahun 1930. Produksi tembaga Zambia tahun 2012 mencapai 824.976
ton sedangkan tahun 2011 sebesar 881.108 ton. Indonesai sendiri hanya
mampu menghasilkan tembaga sekitar 250.000 ton/tahun dari pabrik
pengolahan di Gresik. Di samping itu Indonesia mengekspor konsentrast
tembaga (belum di olah) sekitar 2 juta ton/tahun. Jika 2 juta ton
konsentrat diolah maka dihasilkan sekitar 500.000 ton. Jadi, jika semua
kosentrat tembaga produksi Indonesia (hasil produksi PT Freeport
Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara) diolah maka tembaga produksi
Indonesia hanya sekitar 750.000 ton/tahun. Angka ini masih kalah dari
Zambia.

Harga tembaga di pasar dunia sekiar 3,6 USD/pound atau 7.360 USD/ton.
Dengan produksi 824.976 ton maka penjualan tembaga Zambia sekitar Rp 58
triliun. Penjualan tahun sebelumnya sekitar Rp 62 triliun. Jumlah
penduduk Zambia hanya 13 juta. Dengan penjulan tambang sebesar ini tiap
tahun maka harusnya Zambia adalah Negara yang sangat makmur. Apakah
Zambia makmur dengan memiliki tambang berlimpah? Tidak sama sekali. Data
menunjukkan bahwa

1) Sebanyak 2/3 penduduk Zambia berada di bawah garis kemiskinan
2) Sebanyak 60% penduduk Zambia hidup dengan penghasilkan di bawah 1
USD/hari
3) Lebih dari 80% hidup di bawah 2 USD/hari. Nilai 2 USD/hari adalah
batas kemiskinan menurut pemerintah RI. Jadi, dengan mengacu pada
criteria pemerintah Indonesia, 80% penduduk Zambia berada di bawah garis
kemiskinan.
4) Sebanyak 80% penduduk menganggur
5) Hanya sekitar 50.000 orang warga Zambia yang bekerja di sector
pertambangan.
6) Termasuk Negara paling terbelakang di dunia (least-developed
countries in the world)

Kemiskinan di Zambia disebabkan oleh politik, ekonomi, dan struktur
sosial yang salah. Jadi, tambang yang tidak dikeloloa dengan baik bukan
menghasilkan kemakmuran, tetapi justru menghasilkan kemiskinan bagi
rakyat. Dan hampir tidak ada Negara di dunia yang makmur jika tambangnya
dikelola oleh asing. Di Negara-negara timur tengah, "HARAM" hukumnya
tambang dikelola oleh perusahaan asing.

Indonesia memiliki tambang tembaga yang sangat potensial. Tambang
Gasberg di Papua yang dikeloola PT Freeport Indonesia merupakan tambang
terbaik di dunia karena menghasilkan seklaigus tembaga dan emas. Tambang
di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat (NTB) juga termasuk tambang yang
menghasilkan tembaga dan emas sekaligus. Selain di Indonesia, hanya ada
satu tambang di dunia yang sifatnya seperti ini (mengandung tembaga dan
emas sekaligus), yaitu Beddington di Australia. Tambang Batu Hijau di
Sumbawa Barat kemungkinan akan berakhir kontrak karya tahun 2015.
Pertanyaan, apakah tambang-tambang tersebut sudah bermanfaat bagi
Indonesia? Apakah Papua dan Sumbawa (NTB) atau Indonesia sudah
dimakmurkan oleh tambang tersebut?

Jangan-jangan ketika semua tambang telah habis, kita baru sadar betapa
kita telah membuat kesalahan fatal dan kerusakan dalam mengelola negara
ini. Hilang tanpa bekas dan hanya meninggalkan kemiskinan. Dan saat
semua tambang telah hilang karena kita obral murah pada asing, kita
akhirnya membeli dengan harga mahal dari negara lain, karena kita butuh
barang tambang tersebut.

http://www.ibtimes.co.uk/articles/408563/20121126/stealing-africa-mining-zambia-poverty-glencore-mopani.htm
http://www.postzambia.com/post-read_article.php?articleId=30924
http://www.restlessdevelopment.org/zambia
http://www.reuters.com/article/2013/02/02/zambia-copper-exports-idUSL5N0B208K20130202

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which...

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong. ...

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write th...