Skip to main content

LEGENDA Danau Toba

 

DANAU TOBA
LEGENDA Danau Toba
Bermula dari kisah seorang laki² bernama TOBA yang menikah dengan jelmaan seekor IKAN MAS.
Saat Toba murka pada Samosir, anaknya, Toba berkata bahwa Samosir adalah anak seekor ikan.
Samosir yang sakit hati melapor kepada ibunya. Ibunya bersedih karena Toba, suaminya, telah mengingkari janji pranikah untuk tidak pernah mengungkapkan identitasnya. Sang istri kemudian kembali menjadi ikan dan banjir besar pun terjadi. Danau Toba pun terbentuk. Kemudian Samosir menjadi pemilik mistis danau Toba.
-----
Itu tadi adalah keyakinan masyarakat sebelum tahun 1980 an.
Setelah scientist bekerja.., ceritanya berubah total.
Simak bagaimana cara scientist bekerja ....
-----
• Empat orang scientist dari disiplin ilmu spesialis yang berbeda,
• yang melakukan penelitian yang berbeda, dan
• pada masa yang berbeda,
telah membuat teori & kesimpulan yang sama secara menakjubkan.
Setelah mereka membandingkan data masing², mereka menemukan satu peristiwa luar biasa dalam sejarah bumi.
1. GREG ZIELINSKI, dari University of Maine, adalah seorang Ahli IKLIM yang ahli dalam melacak rahasia yang membeku pada ES PURBA.
Pada tahun 1997,
• GREENLAND Ice Sheet Project 2 (GISP2) dan
• GREENLAND Ice Core Project
memberikan catatan yang sangat jelas tentang adanya pengendapan partikel aerosol (H²SO⁴) dan silikat (SiO²) dari kegiatan vulkanis di masa lalu. Kedua jenis data tersebut sangat bermanfaat dalam mengembangkan keterkaitan antara aktivitas vulkanis dengan iklim dunia.
Kandungan ion SO⁴ vulkanik selama 110.000 tahun terakhir menunjukkan hubungan yang kuat antara peningkatan aktivitas vulkanis dan perubahan iklim. Sejarah atmosfir selama 110.000 ini tertuang dalam ketebalan 1.500 meter gletser (gunung salju) yang menjebak bahan² kimia yang ada di atmosfer.
Mereka memeriksa sejarah kimia yang tersembunyi di dalam es dengan mengebor inti es. Semakin dalam inti es, semakin jauh "MASA LALU" yang bisa dilihat.
Analisis komposisi setiap lapisan tahunan di inti es menciptakan gambaran fluktuasi kimia yang sesuai dengan PERUBAHAN SUHU dan IKLIM secara berkala.
Greg tercengang saat memeriksa inti es, yang berisi bukti kimia atmosfer, yang terperangkap di salju pada ± 75.000 tahun YL. Dia menemukan konsentrasi Asam Sulfat (H²SO⁴) dalam es yang setara dengan 2~4 milyar ton di seluruh dunia.
Hal ini menunjukkan suatu peristiwa global dengan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Itu terjadi pada ± 75.000 tahun yang lalu, di mana sekitar 4 milyar ton Asam Sulfat tersembur ke atmosfer. Planet akan diselimuti kabut kuning beracun.
Penyebab yang pasti adalah gunung berapi. Tapi tidak ada catatan letusan gunung berapi sebesar itu.....
2. MIKE RAMPINO adalah profesor Geologi, Biologi and Lingkungan dari New York University.
Ribuan km dari Greenland, Rampino menyelidiki inti laut, lapisan sedimen yang dibor dari dasar laut pada 1991. Dalam inti ini, ia memeriksa cangkang makhluk laut kecil yang disebut FORAMINIFERA.
OKSIGEN yang diserap dari air laut selama pembentukan cangkangnya dapat diukur. Rasio dua isotop Oksigen yang ada di cangkangnya dapat menentukan temperatur air laut saat itu. Prosentase isotop OKSIGEN-18 (Oksigen dengan berat atom 18) akan lebih melimpah di air yang lebih dingin). Dengan menggunakan metode ini, Rampino dapat menghitung suhu laut selama ribuan tahun dengan presisi yang sangat tinggi.
Analisisnya terhadap inti laut dari seluruh dunia mengungkapkan bahwa rasio Oksigen dalam cangkang Foraminifera yang konstan menunjukkan bahwa suhu laut juga tetap konstan untuk jangka waktu yang lama.
Tapi....., Rampino menemukan anomali aneh dalam rasio oksigen :
Ditemukan sebuah masa dalam sejarah Bumi, dimana suhu lautan anjlok 6°C hanya dalam beberapa ribu tahun.
Ini benar² bertentangan dengan prilaku iklim normal bumi. Jadi dia tahu bahwa penurunan suhu yang sangat cepat ini mewakili peristiwa bencana dalam sejarah klimaks bumi. Sesuatu yang mirip dengan permulaan zaman es secara tiba².
Ketika Rampino menghitung tanggal penurunan tajam suhu lautan dunia ini, dia sampai pada kesimpulan bahwa ini terjadi ± 75.000 tahun yang lalu. Dia juga mulai mencari kemungkinan penyebab peristiwa bencana seperti itu.
3. JOHN WESTGATE adalah seorang profesor Geologi pada University of Toronto. Dia seorang TEPHROCHRONOLOGIST KUATERNER (detektif gunung berapi) yang dapat mengidentifikasi gunung berapi mana saja di dunia, hanya dengan menggunakan sampel abu vulkaniknya.
Dengan sampel abu, ia dapat menentukan lokasi asal gunung berapinya.
Komposisi kimia abu vulkanik dari letusan apa pun persis seperti tanda DNA karena memiliki campuran unik dari fragmen batuan dan mineral yang dapat menunjukkan sumbernya.
Westgate telah berhasil menghubungkan abu dengan letusan gunung berapi tertentu di seluruh dunia selama beberapa dekade. Tetapi pada 1990 ia menemukan anomali yang benar² membuatnya bingung.
Ia menerima sampel abu vulkanik dari banyak orang dari berbagai tempat. Dia mulai menyadari bahwa meskipun banyak dari sampel ini berasal dari bagian dunia yang terpisah ribuan kilometer, tanda kimianya sangat mirip. Ini menunjukkan bahwa mereka semua berasal dari satu letusan yang telah menyebarkan abunya ke seluruh dunia. Sesuatu letusan yang lebih besar dari apa pun yang pernah tercatat dalam sejarah manusia.
Westgate mengisolasi kaca vulkanik dari sampel abu. Pada saat letusan, magma yang mendingin dengan cepat membentuk kaca vulkanik yang tergores dengan jejak mikroskopis. Ini disebabkan oleh peluruhan radioaktif URANIUM-238 yang ada di magma.
Dengan menghitung jumlah jejak yang ada di kaca (dan menggunakan laju peluruhan isotop URANIUM-238 yang diketahui, Westgate dapat menghitung usia abu, yang menentukan tanggal letusan gunung berapi.
Proses ini dikenal sebagai "FISSION TRACK DATING"
Ketika John Westgate menyelesaikan analisanya, yang dia temukan amat mengejutkannya. Semua sampel ini, yang berasal dari lokasi yang terpisah ribuan km, ternyata semua berusia ± 75.000 tahun YL.
Ketiga ilmuwan ini masing² telah menemukan anomali di bidang penelitian ilmiah mereka sendiri², yang memiliki satu hubungan yang sama. Kejadiannya ± 75.000 tahun YL.
Untuk menemukan gunung berapi di atas, Westgate membandingkan sampel abunya dengan abu dari setiap letusan lain yang diketahuinya. Tetapi dia tidak menemukan kecocokan.
4. CRAIG CHESNER adalah ahli GEOLOGI dari Eastern Illinois University. Chesner menyelidiki bagaimana DANAU TOBA terbentuk sejak 1987. Danau ini memiliki panjang km & lebar 30 km yang terlihat jelas dari luar angkasa.
Chesner menyelidiki sifat² danau ini dan menemukan beberapa fitur yang tidak seperti biasanya. Danau ini tidak memiliki sisi landai yang biasa ditemukan di danau² pada umumnya. Kontur danau Toba turun terjal ke kedalaman.
Dia kemudian menemukan beberapa BATU APUNG yang aneh yang tampaknya tidak pada tempatnya di sekitar danau ini. Dia mengirim beberapa sampel ini ke John Westgate yang akhirnya menghasilkan MOMEN EUREKA....!!!
(Seperti ucapan ARCHIMEDES saat menemukan hukum pengapungan nya)
Sampel dari Danau Toba terbukti sama persis dengan sampel dari SUPERAVOLCANO yang sulit dipahami.
Disimpulkan :
"Danau Toba, yang panjangnya 100 km & lebarnya 30 km, sama sekali bukan danau. Ini adalah KAWAH GUNUNG BERAPI yang sangat besar".
Diperkirakan Toba menyimpan hampir 6.075 km³ magma, yang cukup untuk mengisi 200 Grand Canyon.
Sebuah gunung berapi supervolcano harus menghasilkan setidaknya 810 km³ magma dalam sekali letusan.
Sekarang keempat peneliti ini telah menemukan penyebab anomali yang mereka temukan. Mereka mampu merumuskan skenario untuk menjelaskan peristiwa sebenarnya yang terjadi sekitar 75.000 tahun yang lalu. Ditilik dari sebaran abunya, diperkirakan semburan material letusan mencapai ketinggian 27~37 km.
Mereka menyimpulkan dengan ekstrapolasi, bahwa letusan gunung berapi Toba pasti mengakibatkan "Musim Dingin Vulkanik" yang berlangsung setidaknya 10 tahun. Kejadian ini akan menjerumuskan bumi ke dalam periode 1.000 tahun musim dingin yang tidak normal. Hampir separah zaman es.
Ini akan membawa akibat bencana bagi setiap kehidupan yang hidup di bumi pada saat itu, karena mereka hampir tidak memiliki makanan untuk menopang kehidupannya.
Peristiwa ini diperkirakan mengakibatkan kematian sekitar 85% manusia.
Demikianlah kisah
"BERAKHIRNYA MITOS OLEH SCIENCE".
Namun demikian, fakta ini tidak menjamin seluruh penduduk seputar danau Toba akan meninggalkan keyakinan atas KISAH MITOS di atas...
Kita tidak perlu risau....
Karena keyakinan adalah ranah pribadi....
Jakarta, 15.06.21
꧋ꦤꦸꦂꦱꦺꦠꦲꦂꦢꦶꦥꦸꦠꦿꦤ꧀ꦠꦺꦴ꧉
(Nurseto Ardiputranto)
-----
Ref no.1 :
https://www.news24.com/news24/MyNews24/Can-we-and-should-we-trust-scientists-20130429
Ref no.2 :
 https://pubs.giss.nasa.gov/abs/ra00200p.html
Ref no.3 :
https://digitalcommons.library.umaine.edu/ers_facpub/258
Ref no.4 :
 https://www.youtube.com/watch?v=UOizkj66-3c
 
Ref no.5 :
https://geology.com/stories/13/volcanic-explosivity-index/
 
 






 
 
 
 
 

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which...

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong. ...

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write th...