Skip to main content

Q & A Seputar Vaksin

 

 

Ini ada Q&A seputar vaksin yg disampaikan oleh pak Ahmad Utomo PhD, seorang pakar di bidang biologi molekuler.

Q&A Seputar Vaksin Covid

1. Apakah yang sudah mendapatkan vaksin Covid tidak akan terkena Covid?
Jawaban: Vaksin Covid disuntikkan ke otot sehingga (umumnya) hanya memblok virus pada bagian bawah leher. Gejala ringan masih bisa terjadi, tapi karena mayoritas virus terblok maka insyaAllah tidak berlanjut ke gejala berat. Ada korelasi antara jumlah virus yang menginfeksi tubuh rongga dalam (seperti paru dan pencernaan) dengan gejala.

2. Apakah semua yang sudah divaksin dijamin tidak akan mengalami gejala berat?
Jawaban: Saat ini belum ada vaksin yang memiliki tingkat efikasi (jaminan) 100% sehingga memang masih akan ada sedikit orang yang bisa jadi mengalami gejala berat setelah divaksin. Yang sedikit ini insyaAllah akan dapat ditampung oleh fasilitas kesehatan. Bandingkan jika ada 100 orang memerlukan ICU dibandingkan dengan 5 orang. Rumah Sakit dapat menyediakan ICU bagi 5 orang tetapi tidak mampu melayani 100 orang yang datang bersamaan, menyebabkan 95 orang yang memerlukan ICU terpaksa tidak mendapatkan perawatan yang memadai. Vaksinasi akan meringankan beban nakes dan faskes yang kewalahan akibat membludaknya pasien Covid.

3. Setelah divaksin, perlukah prokes (bermasker & jaga jarak)?
Jawaban: Tetap wajib, karena vaksin hanya melindungi bagian tubuh di bawah leher (organ vital seperti paru-paru). Virus masih bisa menempel pada rongga mulut/hidung sehingga dapat menularkannya pada orang lain. Bila orang yang tertular belum mendapatkan vaksin, maka resiko padanya bisa berbahaya.

4. Tetangga saya divaksin ternyata tetap saja meninggal. Bagaimana ini?
Jawaban: Apakah meninggalnya karena Covid? Jika ya, ada beberapa kemungkinan. Satu, bisa jadi ia terpapar Covid sebelum vaksinasi. Dua, antibodi baru terbentuk sekitar 2 pekan pasca vaksin. Bisa jadi ia terpapar virus dalam masa 2 pekan ini. Tiga, memang ada sedikit persen populasi yang tubuhnya tidak mampu membuat antibodi dalam jumlah yang cukup meskipun sudah divaksin. Vaksin adalah bentuk ikhtiyar, sama halnya dengan ikhtiyar menyeberang jalan dengan hati-hati. Bisa saja sudah berhati-hati tetap tertabrak dan meninggal. InsyaAllah ikhtiyar akan dihitung sebagai pahala, bahkan sebagai jihad karena kematian dalam wabah (yang disertai ikhtiyar) insyaAllah mendapatkan pahala syahid. Yang dapat dipastikan oleh sains adalah bahwa vaksin tidak akan menyebabkan Covid. Ada juga kemungkinan ybs meninggal bukan karena Covid maupun vaksin, melainkan karena masalah lainnya. Kebetulan saja ybs sudah mendapatkan vaksin Covid. Sampai saat ini, data bahaya vaksin yang ada adalah pembekuan darah pada kelompok usia di bawah 30 tahun. Inipun sudah diketahui cara penanganannya sehingga insyaAllah relatif jauh lebih aman daripada terpapar Covid secara alami.

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G