Skip to main content

TETANGGA MENINGGAL saat bermain bulutangkis

 

https://www.facebook.com/heru.kurniawan.5851/posts/10220122868843943

TETANGGA MENINGGAL saat bermain bulutangkis
ATLIT MENINGGAL saat berlaga di lapangan
---
Sudah 3 orang korban, 2 meninggal dan 1 sempat koma, tetangga kami saat bermain bulutangkis.
Beberapa kali pula kami dapat berita pelanggan apotik yang juga meninggal saat main futsal.
Piermario Morosini, Miklos Feher, Antonio Puerta, dan Davide Astori hanyalah beberapa dari deretan atlit sepakbola yang meninggal karena serangan jantung saat masih aktif memperkuat tim mereka.
Teranyar Christian Eriksen pemain gelandang Denmark sempat kolaps saat berlaga melawan Finlandia.
“Lho, katanya disuruh sering2 olah raga, tapi ini nyatanya malah meninggal di tempat...”
Menyarankan orang untuk olahraga bukan hanya “pemanis bibir” atau pelengkap dari edukasi.
Apalagi nyuruh pasien olahraga, nggak sembarangan nyuruh orang sakit olahraga tanpa diberi rambu-rambu. Salah-salah malah bisa berakibat fatal.
American Heart Association (AHA) dan CDC menyarankan untuk menjaga kesehatan tubuh setiap kita harus melakukan olahraga / aktifitas fisik dalam 1 minggu ( 7 hari ) sebanyak 100 - 150 menit dan mencakup 2 jenis yaitu "endurance" dan "resistance".
Yang pertama...
ENDURANCE atau AEROBIC ACTIVITY
Yaitu aktifitas yang melatih kekuatan jantung dan pembuluh darah serta pernafasan, biasa disebut olahraga cardio, misalnya aerobik, olahraga permainan dan aktifitas yang memerlukan kekuatan jantung seperti berlari, jalan cepat, bersepeda, dan berenang
Olahraga jenis endurance ini sifatnya membebani jantung karena tujuannya memang buat melatih otot jantung supaya kuat, ini ibarat olahraga buat jantung supaya selalu sehat.
Nah karena membebani jantung maka ada "dosis maksimal" nya, apabila olahraga melebihi "dosis" justru bisa menimbulkan "henti jantung" alias mati.
Terus ngitungnya gimana?
Setiap aktifitas yang membebani jantung umumnya akan menaikkan denyut jantung atau mempercepat detaknya.
"Dug dug...dug dug...dug dug..." kayak gitu lah...
Makin kencang "Dug dug" nya artinya makin berat beban jantung.
Nah, dengan menghitung detak jantung kita bisa memperkirakan berapa "dosis" olah raga kita.
Semakin tua usia maka "dosis" harus dikurangi.
Cara menghitung perkiraan batas maksimal detak jantung secara sederhana dihitung dari usia kita menggunakan rumus “Karvonen”.
Rumusnya = 220 "dikurangi" usia dalam tahun.
Contoh :
Untuk orang usia 30 tahun berarti batas maksimal denyut jantung yang diperbolehkan selama dia olahraga per menitnya adalah 220 - 30 = 190 denyut tiap menit.
Untuk lansia usia 60 tahun berarti = 220 - 60 = 160 denyut per menit.
Terus gimana lagi ngitung detak jantungnya?
Menghitung detak jantung kalau mau akurat betul tentu pakai alat medis, tapi nggak usah kecewa kita bisa juga melakukannya dengan cara manual yakni meraba nadi di pergelangan tangan (hitung berapa kali denyut dalam 60 menit) atau paling mudah dan sederhana dengan alat bantu yang dipakai seperti jam tangan olahraga yang sudah banyak di jual.
Menghitung detak jantung saat olahraga itu sangat penting bahkan wajib, gunanya untuk mencegah "dosis" berlebih.
Ini jangan disepelekan, banyak orang yang meninggal saat olah raga salah satunya gara-gara over dosis, dia nggak nyadar kalau ternyata olahraga yang sedang dia kerjakan itu sudah berlebihan.
Ini sering dialami oleh mereka yang melakukan olahraga permainan, seperti bulutangkis, futsal, basket, sepakbola atau balap sepeda.
Biasanya para pemain begitu terobsesi "harus menang", "harus bertahan", malu kalau diolokin, malu dibilang cemen lembek lemah dll...akhirnya tanpa disadari tau-tau over dosis, lupa sama umur, akibatnya jantung berdebar terlalu kencang melebihi ambang batas.
Otot jantung yang terbebani terlalu berat akhirnya "mogok" dan berhenti bergerak terjadilah Sudden Cardiac Arrest (jantung berhenti mendadak).
Olahraga endurance juga ada "dosis minimal" nya
----
Kalau terlalu rendah "percuma" aja olahraganya karena kan targetnya buat "melatih" jantung, lha kalau jantungnya masih nyantai apa gunanya olahraganya, ya tho...?
Kriteria olahraga endurance sesuai "dosis" nya dibagi dalam 2 target:
Pertama, MODERATE-INTENSITY AEROBIC ACTIVITY
Target detak jantung per menit berkisar antara 50% s.d 70% dari perkiraan BATAS MAKSIMAL denyut jantung per menit.
Kedua, VIGOROUS-INTENSITY AEROBIC ACTIVITY.
Target detak jantung per menit berkisar antara 70% s.d 85% dari perkiraan BATAS MAKSIMAL denyut jantung per menit.
Cara menghitung apakah aktifitas fisik kita tergolong MODERATE atau VIGOROUS-INTENSITY AEROBIC ACTIVITY adalah dengan rumus :
Batas maksimal detak jantung per menit (pakai rumus Karvonen) dikali TARGET DETAK JANTUNG per menit.
Contoh :
Untuk orang usia 30 tahun, kan tadi pakai rumus Karvonen sudah dihitung perkiraan batas maksiml detak jantung adalah 190 denyut per menit (220 - 30 = 190).
Jika memilih jenis aktifitas MODERATE berarti target denyut jantung per menit antara (50% x 190) 95 denyut per menit sampai dengan (70% x 190) 133 denyut per menit.
Olahraga yang kita lakukan harus memenuhi minimal 95 denyut per menit sampai 133 denyut per menit.
Jika memilih jenis aktifitas VIGOROUS berarti target denyut jantung per menit antara (70% x 190) 133 denyut per menit sampai dengan (85% x 190) 161 denyut per menit.
Olahraga yang kita lakukan harus memenuhi minimal 133 denyut per menit sampai 161 denyut per menit.
Berapa lama?
Idealnya dalam 1 minggu kita itu olah raganya kayak gini :
(1) kalau olahraga pakai jenis MODERATE dilakukan konstan 5 x seminggu masing-masing selama 30 menit, pihannya bisa jalan cepat, berkebun, atau senam aerobik ringan di rumah (dulu zaman saya sekolah ada senam SKJ).
Atau
(2) kalau nggak punya cukup waktu, misalnya mau seminggu cuma 2 - 3 x maka yang dipilih adalah yang jenis VIGOROUS. Ini juga dikakukan konstan, misalnya lari cepat, bersepeda cepat / balapan, atau olahraga permainan selama 30 menit.
Dan sekali lagi selalu "hitung denyut jantung", jangan sampai melebihi ambang batas.
Selain "endurance" jenis olahraga "kedua" berikutnya yang tak kalah penting adalah
RESISTANCE atau MUSCLE-STRENGTHENING ACTIVITY
Yaitu aktifitas yang melatih kekuatan dan kelenturan otot tubuh seperti senam lantai, latihan keseimbangan tubuh, dan angkat beban.
Olahraga jenis ini bebas dilakukan kapan saja, yang penting disesuaikan dengan tingkat kelenturan otot. Untuk jelasnya sila dicari trainer senam di tempat kita tinggal.
Kesimpulannya : OLAHRAGA ADA “DOSISNYA”
--------------------------------------
1. Olahraga / aktifitas fisik memiliki dosis, jika dilakukan di bawah dosis anjuran kurang bermanfaat, tapi berlebihan di atas dosis anjuran bisa mematikan.
2. Kematian mendadak selama berolahraga (Sudden Death Following Exercise) umumnya terjadi pada olahraga jenis endurance.
3. Penyebab utamanya adalah gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular). Jantung tiba-tiba berhenti berdetak dan mati, “Sudden Cardiac Death” atau “Cardiac Arrest”.
4. Henti jantung pada usia muda (< 35 tahun) penyebab utamanya karena orang tersebut sudah memiliki kelainan genetik (bawaan lahir) seperti hypertrophic cardiomyopathy (pembesaran otot jantung) atau congenital coronary anomalies (kelainan koroner), selebihnya adalah kelainan seperti arrhythmogenic right ventricular dysplasia dan Marfan syndrome. Altit-atlit muda rata-rata meninggal karena ada gangguan bawaan macam ini, cuma nggak ketahuan.
5. Henti jantung pada usia yang lebih tua (> 35 tahun - lansia) penyebab utama adalah karena telah memiliki Penyakit Jantung Koroner (penyempitan pembuluh darah) dan penyakit kardiovaskular lainnya. Maka paling aman bagi orang tua dan mereka yang beresiko serangan jantung olahraganya adalah jenis resistance.
Jika hendak melakukan olahraga yang jenis endurance pada usia > 35 tahun dan lansia sebaiknya dipilih yang jenis MODERATE-INTENSITY AEROBIC ACTIVITY contohnya seperti jalan cepat, aerobik ringan, berkebun, atau kalau mau sepeda bisa sepeda santai (bukan sepeda cepat / balap sepeda)
7. Jika anda memiliki penyakit jantung, diabetes, astma dan resiko stroke sebelum melakukan olahraga jenis endurance harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
8. American Heart Association jug membuat rekomendasi sebelum memutuskan berolahraga yang jenis endurance yang berat (seperti para atlit) sebaiknya berkonsultasi dulu ke Dokter Jantung (Cardiologist) untuk mengecek ada tidaknya :
Riwayat pribadi saat berolahraga dada terasa sesak atau sakit, sulit bernafas, kelelahan tiba2, keringatan yang tak wajar, pusing berkunang2, dan peningkatan tekanan darah yang ekstrim.
Riwayat keluarga ada yang meninggal karena serangan jantung di usia < 50 tahun.
Riwayat pemeriksaan seperti diabetes, astma, jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler lainnya.
9. Meski tidak 100% akurat disarankan bagi kita mengetahui “kekuatan” jantung dan pembuluh darah dengan TES TREADMILL atau Exercise Stress Test secara rutin 1 tahun sekali.
Biasanya dokter Sp.JP (Spesialis Jantung dan Pembuluh) akan memasang alat EKG jantung dan kita disuruh berjalan dan melakukan beberapa gerakan di atas alat treadmill lalu dinilai hasilnya.
Dengan mengetahui “kekuatan” jantung dan pembuluh darah kita maka dokter bisa menyarankan jenis olahraga yang tepat dan aman bagi kita.
10. Jika belum pernah melakukan “exercise stress test”, minimal sebelum memulai olahraga hitunglah AMBANG MAKSIMAL denyut jantung Anda, dapat digunakan rumus “Karvonen”.
Menggunakan rumus “Karvonen” memang tidak seakurat pemeriksaan jantung oleh Dokter, tapi paling tidak masih bermanfaat, daripada tidak sama sekali.
JANGAN CARI MATI
-------------------------
1. Jika kita atlit sebaiknya secara berkala melakukan serangkain pemeriksaan kekuatan jantung dan pembuluh, kadang kita tidak sadar kalau memiliki penyakit bawaan.
2. Jika kita bukan olahragawan, olahraga cuma sekali-sekali, apalagi yang olahraga cuma kalau ada reunian doang atau ikutan trend aja, apalagi usia sudah > 35 tahun, jangan nekat langsung ambil olahraga berat jenis VIGOROUS-INTENSITY AEROBIC ACTIVITY seperti joging, lari, futsal, dan bulutangkis.
Kalau nekat juga pastikan jangan sampai melebihi batas maksimal detak jantung untuk usia anda, mainnya nggak usah ngotot apalagi “gaya-gayaan”
Olahraga itu buat cari sehat, bukan cari mati!!!
3. Nggak rugi beli alat ukur denyut jantung yang banyak dijual macam jam tangan. Pakailah selalu saat olahraga terutama saat melakukan olahraga "endurance". Memang sih ada harga ada rupa, ada merek yang kurang akurat, tapi ini masih mending ketimbang nggak pakai sama sekali.
4. Patokan utama jika selama berolahraga terasa nafas mulai sulit, atau dada “nggak enak”, atau kepala mulai pusing dan berkeringat dingin maka SEGERA STOP...kalau dipaksanya bentar lagi Anda akan pingsan (syukur kalau nggak meninggal)😬
5. Kalau lagi main futsal atau bulutangkis muncul gejala di atas, nggak usah malu dibilang kalah “WO” atau “lelet” blablabla... ingat selalu anak istri yang menunggu di rumah. Buat apa cari mati demi gengsi, ya nggak?
6. Sangat dianjurkan setiap melakukan olahraga "endurance" terutama yang jenis permainan agar ada teman atau petugas atau siapapun yang bisa melalukan tindakan BASIC LIFE SUPPORT / BANTUAN HIDUP DASAR (BHD).
Mungkin kita tahu atau pernah lihat ada orang yang pingsan terus dadanya "ditekan-tekan" pakai telapak tangan...?
Nah, itu namanya tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary resuscitation (CPR), tindakan ini bagian dari BHD yang akan sangat berguna menyelamatkan nyawa korban sembari menunggu tim medis atau ambulance datang.
Banyak kematian yang terjadi di lapangan / pertandingan karena korban tidak segara dilakukan RJP / CPR, malah dibiarkan digeletakan pingsan di lantai dan menunggu tim medis datang.
Mau tahu RJP atau CPR itu bagaimana?
Ikutilah pelatihan BASIC LIFE SUPPORT / BANTUAN HIDUP DASAR (BHD), pelatihan ini bukan hanya milik orang medis aja kok, bahkan seharusnya semua orang atau minimal ada 1 atau 2 orang dalam keluarga yang bisa melakukannya.
Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat
Salam sehat...🙏🏻😊
Bacaan :
1. Jouven X, et.al. Heart-Rate Profile during Exercise as a Predictor of Sudden Death. N Engl J Med 2005; 352:1951-1958 http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa043012
2. Fletcher GF, et.al. Exercise Standards for Testing and Training : A Scientific Statement From the American Heart Association. Circulation. 2013;128:873-934. Originally published August 19, 2013 http://circ.ahajournals.org/content/128/8/873.full
3. Halabchi F, et.al. Sudden Cardiac Death in Young Athletes; a Literature Review and Special Considerations in Asia. Asian J Sports Med. 2011 Mar; 2(1): 1–15 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3289188/
4. Chowdhry S, et.al. Sudden cardiac death in the young: a strategy for prevention by targeted evaluation. Cardiology. 2006;105(4):196-206. Epub 2006 Feb 22. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16498243/
5. Corrado D, et.al. Does sports activity enhance the risk of sudden death in adolescents and young adults? Journal of the American College of Cardiology. Volume 42, Issue 11, 3 December 2003, Pages 1959-1963 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14662259/
6. Diller GP, et.al. Sudden cardiac death during exercise in patients with congenital heart disease: the exercise paradox and the challenge of appropriate counselling. European Heart Journal, Volume 37, Issue 7, 14 February 2016, Pages 627–629, https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehv523
7. Gouveia RHD, Ramos JC and Pinheiro J (2016) Sudden cardiac death: the dark side of exercise! Cardiovasc Disord Med 1: DOI: 10.15761/CDM.1000110. http://www.oatext.com/Sudden-cardiac-death-the-dark-side...
8. Healthy Lifestyle : Fitness. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/.../fitness-basics/hlv-20049447?
9. Physical Activity. Centers for Disease Control and Prevention U.S. Department of Health & Human Services https://www.cdc.gov/physicalactivity/index.html
10. American Heart Association Recommendations for Physical Activity in Adults. http://www.heart.org/.../American-Heart-Association...
11. Treadmill Stress Testing. Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/1827089-overview#a5
12. Too Much Exercise: Studies Report J-Shaped Link Between Exercise and CVD Risks - Medscape - May 16, 2014 https://www.medscape.com/viewarticle/825266#vp_2

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G