Skip to main content

Derita.Buruh.China.yang.Memproduksi.iPad

http://internasional.kompas.com/read/2012/01/27/14135424/Derita.Buruh.China.yang.Memproduksi.iPad

BEIJING, KOMPAS.com Kerja lembur berlebihan tanpa hari libur dalam seminggu, tinggal berjejal dalam asrama yang penuh sesak, serta berdiri terlalu lama sehingga kaki bengkak dan nyaris tidak bisa berjalan setelah kerja shift selama 24 jam. Itulah kehidupan sejumlah buruh yang mengaku bahwa mereka berkerja di pusat-pusat pabrik Apple di China. Perusahaan-perusahaan pemasok Apple itu juga diduga membuang limbah berbahaya secara serampangan dan punya rekor yang tidak bagus.

Hampir 140 pekerja cedera di sebuah perusahaan pemasok di China dua tahun lalu karena menggunakan bahan kimia beracun untuk membersihkan layar iPhone, sementara dua ledakan tahun lalu menewaskan empat orang dan melukai lebih dari 75 orang lainnya.

Raksasa teknologi dari California itu diduga telah diberi tahu tentang kondisi berbahaya di pabrik-pabrik di Chengdu, China barat daya, itu sebelum ledakan di pabrik-pabrik tersebut terjadi. Demikian dilaporkan harian New York Times, beberapa hari lalu.

"Jika Apple telah diperingatkan dan tidak bertindak, itu tercela," kata ahli keselamatan kerja di Massachusetts Institute of Technology, Nicholas Ashford, kepada New York Times. "Namun, apa yang secara moral menjijikkan di satu negara, di tempat lain hal itu diterima sebagai praktik bisnis, dan perusahaan-perusahaan mengambil keuntungan dari situ," tambah mantan penasihat pada Departemen Tenaga Kerja AS tersebut.

Sejumlah spanduk di pabrik di Chengdu memberi peringatan kepada 120.000 staf yang ada. "Kerja keras dalam pekerjaan yang ada saat ini atau bekerja keras untuk mencari pekerjaan besok." Di tempat itu, para pekerja yang datang terlambat sering harus menulis semacam surat pengakuan dosa.

Laporan harian itu muncul segera setelah Apple mengumumkan keuntungan yang melonjak senilai 13 miliar dollar AS dalam penjualan sebesar 46 miliar pada kuartal terakhir. Namun, perusahaan itu masih ingin pabrik-pabriknya di luar negeri menghasilkan lebih banyak lagi.

Para eksekutif Apple mengklaim, perusahaan itu telah memperbaiki pabrik-pabriknya dalam beberapa tahun terakhir dan menerbitkan kode etik tentang tenaga kerja dan keamanan bagi pemasok. Namun, menurut kelompok advokasi pekerja, masalah masih ada.

Menurut laporan perusahaan itu, lebih setengah dari pemasok yang diaudit Apple telah melanggar setidaknya satu bagian dari kode etik itu—hal tersebut terjadi setiap tahun sejak 2007—dan bahkan dalam sejumlah kasus melanggar hukum.

Seorang karyawan Foxconn, mitra Apple, menurut New York Times, melompat atau jatuh dari sebuah blok apartemen setelah kehilangan sebuah prototipe iPhone tahun 2009; dan 18 pekerja lainnya tampaknya mencoba untuk bunuh diri dalam dua tahun. Jaring bunuh diri telah dipasang untuk mencegah para pekerja melompat hingga tewas dan Foxconn mulai menyediakan perawatan kesehatan mental yang lebih baik bagi para stafnya.

Li Mingqi bekerja untuk pabrik mitra Apple, Foxconn Technology, sampai musim semi lalu. Ia ikut mengelola pabrik di Chengdu yang mengalami ledakan. Dia sekarang menggugat Foxconn atas pemecatan terhadap dirinya. "Apple tidak peduli tentang apa pun selain meningkatkan kualitas produk dan menurunkan biaya produksi," kata Li kepada New York Times. "Kesejahteraan pekerja tidak ada kaitannya dengan kepentingan mereka."

Ledakan fatal di Chengdu bersumber dari debu aluminium yang terbentuk tiga minggu setelah iPad keluar. Meskipun ada penyelidikan dari pihak Apple, tujuh bulan setelah itu terjadi ledakan berikutnya, walau tidak fatal, di Shanghai.

Seorang mantan eksekutif Apple mengklaim, perusahaan itu telah mengetahui penyimpangan di bidang tenaga kerja di sejumlah pabrik selama empat tahun, "dan mereka terus melanjutkan (kondisi itu) karena sistem bekerja untuk kami".

Para pemasok hanya diberi margin keuntungan sangat kecil untuk apa yang mereka hasilkan buat Apple, dan para eksekutif di Cupertino selalu meminta rincian biaya, jumlah pekerja, dan besaran gaji.

Pendiri Apple, Steve Jobs, yang meninggal pada Oktober lalu, mengatakan dua tahun lalu bahwa Apple merupakan pemimpin dunia dalam "memahami kondisi-kondisi para pekerja dalam rantai pasokan kami". Dia mengatakan, banyak pabrik punya restoran, bioskop, rumah sakit, dan kolam renang. Para staf mengatakan, mereka menghargai fasilitas-fasilitas itu, tetapi kondisi kerja masih dipandang sebagai sesuatu yang tidak berbelas kasih.

Foxconn mengatakan, sebagaimana dikutip New York Times, kondisi kerja "baik-baik saja kecuali keras". Hanya satu orang dari 20 pekerja di lini perakitan yang harus berdiri untuk melakukan pekerjaan mereka, dan perusahaan itu memiliki "catatan keamanan yang sangat baik".

Namun, Mail on Sunday mengunjungi sebuah pabrik Foxconn yang membuat iPod di Shenzhen, China, tahun 2006, dan laporan harian itu yang menunjukkan adanya jam kerja yang panjang, akomodasi yang penuh sesak, dan hukuman mengejutkan para eksekutif Apple. "Kami berusaha sangat keras untuk membuat perbaikan," kata seorang mantan eksekutif Apple kepada New York Times. "Tapi kebanyakan orang akan sangat terganggu jika mereka lihat di mana iPhone mereka dibuat."

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G