Skip to main content

Belajar dari Sistem Finlandia

Sumber: http://wkhatulistiwa.blogspot.com/2013/10/belajar-dari-sistem-finlandia.html

SISTEM pendidikan Finlandia yang meniadakan ujian kelulusan bagi siswa menjadi rujukan populer untuk menolak kebijakan ujian nasional sebagai penentu kelulusan yang tetap dipegang teguh Pemerintah Indonesia selama satu dekade ini. Finlandia mampu membuktikan, pendidikan yang meminimumkan tes bisa menjadi salah satu model terbaik di dunia. Negara asal Nokia dan Angry Birds ini juga diakui mampu menciptakan kesetaraan layanan pendidikan untuk semua anak.
Kesempatan untuk belajar dari sistem pendidikan Finlandia dimungkinkan dalam Simposium ”Pendidikan Finlandia-Indonesia dan Peran Guru” yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia serta Kedutaan Besar Finlandia, Selasa hingga Rabu (8-9/10), di Jakarta. Finlandia menghadirkan pejabat pemerintah dan ahli pendidikan untuk menyebarkan pembelajaran dari sistem pendidikan Finlandia yang telah menarik perhatian banyak negara di dunia.
Tidak hanya diacungi jempol karena mampu menyediakan layanan pendidikan ramah anak, tetapi juga tetap membuat anak siap menghadapi kehidupan masyarakat berbasis pengetahuan yang menjadi tantangan abad ke-21. Finlandia diakui dalam pencapaian internasional di bidang perdagangan, teknologi, pembangunan berkelanjutan, pemerintahan yang baik, dan kemakmuran.
Pasi Sahlberg, ahli sistem pendidikan Finlandia dan penulis buku Finnish Lessons, menyatakan, reformasi pendidikan Finlandia yang berjalan sekitar 40 tahun lalu secara bertahap membuahkan hasil. Cara yang ditempuh Finlandia dianggap menarik dan unik karena agak berbeda dari negara-negara lain dalam mereformasi pendidikan.
”Semangat mereformasi pendidikan di Finlandia bukan untuk membuat sistem pendidikan yang terbaik di dunia. Kami hanya menyediakan sistem sekolah yang hebat bagi semua anak. Namun, kemudian dunia dapat melihat reformasi pendidikan di Finlandia mencapai hasil yang baik,” kata Sahlberg yang mengawali karier sebagai guru Matematika dan Fisika di SMP Helsinki, ibu kota Finlandia.
Dalam penilaian internasional yang dilakukan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Finlandia berada di urutan negara yang terbaik di dunia. Finlandia pernah menjadi nomor satu terbaik di dunia. Saat ini pun masih masuk dalam kelompok negara terbaik sistem pendidikannya. Setidaknya ini diukur dari kemampuan siswa dalam matematika, sains, dan membaca.
Cara berbeda
Sahlberg menyebutkan, Finlandia mampu meraih kesetaraan layanan pendidikan sekaligus kualitas pendidikan yang tinggi. Model ini mengantarkan Finlandia menjadi rujukan untuk negara lain yang ingin mentransformasi pendidikannya.
Dalam buku Finnish Lessons disebutkan, sistem pendidikan yang dikembangkan di banyak negara saat ini gagal menciptakan kesempatan belajar yang setara untuk semua anak. Langkah umum yang dilakukan banyak negara untuk mentransformasi pendidikan umumnya mengetatkan pengawasan sekolah, memperkuat akuntabilitas hasil belajar siswa, memecat guru yang buruk, dan menutup sekolah yang bermasalah. Cara ini dianggap sebagai resep yang tepat untuk memperbaiki sistem pendidikan yang gagal.
Akan tetapi, Finlandia memilih cara sedikit berbeda. Finlandia menawarkan alternatif lain dalam meningkatkan sistem pendidikan, yakni meningkatkan kekuatan pengajaran, membatasi tes siswa seminim mungkin, mengutamakan tanggung jawab sebelum akuntabilitas, serta mendukung kepemimpinan sekolah dan dinas pendidikan di level daerah untuk menjadi profesional di bidang pendidikan.
Keberhasilan sistem pendidikan Finlandia yang tadinya tidak diperhitungkan secara internasional diwujudkan dengan fokus untuk membangun guru, membangun atmosfer belajar yang rileks, tanpa takut dan beban untuk siswa. Secara bertahap memperbesar kepercayaan di antara pelaku pendidikan.
Sahlberg menyebutkan, Finlandia mencoba menemukan sistem pendidikannya dengan mempelajari praktik-praktik terbaik dari negara lain. Cara Finlandia dalam sistem pendidikan adalah menanam kepercayaan, memperbesar otonomi, dan menoleransi keragaman. Pendidikan ”made in Finlandia” diyakini lebih baik.
Ketika banyak negara menerapkan sistem pendidikan dengan ujian nasional, Finlandia justru memilih untuk memercayai guru untuk menilai dan mengembangkan pembelajaran. ”Kami mengutamakan kolaborasi daripada kompetisi. Penilaian terhadap siswa bisa dilakukan dengan beragam cara dengan semangat mendorong siswa secara sadar meningkatkan kapasitas diri,” katanya.
Jaana Palojarvi, Direktur Hubungan Internasional Kemdikbud Finlandia, menuturkan, pemerintah sebenarnya tetap menggelar ujian nasional, tetapi hasilnya hanya untuk pemetaan. Hasilnya pun diinformasikan hanya kepada pihak sekolah dalam rangka perbaikan.
Guru, profesi terhormat
Prinsip kesetaraan layanan pendidikan untuk semua anak tentu tidak mudah. Penerapan di dalam kelas sangat bergantung pada kemampuan guru karena ada beragam anak dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda.
Setiap anak harus mendapat proses pendidikan yang setara. Para guru harus memastikan anak dari latar belakang keluarga yang berbeda tetap mampu mencapai hasil belajar yang baik. Hal ini yang membuat kesenjangan hasil pendidikan siswa sekolah di berbagai daerah di Finlandia tidak besar.
Eero Ropo, Guru Besar Universitas Tampere, Finlandia, mengatakan, keberhasilan pendidikan Finlandia karena berkomitmen menyediakan guru-guru profesional. Di Finlandia, guru dianggap profesi terhormat sehingga diminati anak muda.
Pemilihan mahasiswa calon guru sangat ketat. Hanya 5 persen pelamar yang diterima untuk program pendidikan guru SD. Di program S-2 untuk guru bidang studi hanya 20 persen yang diterima.
Pendidikan guru di Finlandia dilaksanakan selama lima tahun. Rinciannya, S-1 dalam tiga tahun dan S-2 dalam dua tahun dengan praktik mengajar yang kuat.
Sumber: Kompas Cetak, 12 Oktober 2013 | Ditulis oleh: Ester Lince Napitupulu
 

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G