Skip to main content

Kisah Ulama Sufi di Balik Penaklukan Konstantinopel


Sumber: http://kholilihasib.com/kisah-ulama-sufi-di-balik-penaklukan-konstantinopel/



Syeikh Aaq Syamsuddin adalah guru Muhammad al-Fatih, pahlawan Islam dari dinasti Utsmaniyah yang sukses menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1435 M. Berkat bimbingan Syeikh Syamsuddin, al-Fatih berhasil menaklukkan kerajaan raksasa dunia, Bizantium, di usia al-Fatih yang masih 25 tahun.

Ia seorang sufi berasal dari negeri Syam yang berhasil memoles pribadi al-Fatih menjadi sultan yang tangguh, berilmu, cerdas, pemberani dan pemimpin Negara yang bertakwa kepada Allah swt. Hingga di medan pertempuran terdepan, sang Syeikh mendampingi al-Fatih, untuk memberi tausiyah dan bimbingan spiritual.
Nama asli Syeikh Aaq Syamsuddin adalah Muhammad bin Hamzah al-Dimasyqi al-Rumi. Dilahirkan di kota Damaskus, negeri Syam, pada tahun 792 H/1389 M. Nasabnya bersambung dengan Abu Bakar al-Shiddiq r.a. Pada usia 7 tahun berhasil menghafal al-Qur’an. Lalu meneruskan belajarnya di kota Amasiya, kemudian pindah ke Halab dan merantau ke Ankara Turki.
Pembimbing Spiritual Sultan al-Fatih
Muhammad al-Fatih telah dibimbing Syeikh Syamsuddin sejak kecil. Ia mengajari Muhammad al-Fatih berbagai disiplin ilmu dasar, yaitu al-Qur’an, al-hadits, Fikih dan bahasa Arab.
Syeikh Syamsuddin berhasil meyakinkan sultan Muhammad al-Fatih, bahwa dialah pemimpin yang ‘diramal’ Rasulullah saw yang berhasil menaklukkan Konstantinopel. Saat menjabat sultan Utsmani, usia al-Fatih masih sangat muda. Syeikh Syamsuddin menasihatinya agar dia segera bergerak untuk merealisasikan hadis Rasulullah saw, bahwa konstantinopel akan ditaklukkan tentara Islam.
Konstantinopel, merupakan kota paling penting di dunia pada zaman itu. Dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Bizantium, kekaisaran Kristen. Sejak dibangun, Konstantinopel dijadikan ibukota kerajaan Kristen tersebut selama berabad-abad lamanya. Kota ini menjadi pusat perhatian dunia. Ada yang mengatakan bahwa “Andaikata duni ini berbentuk satu kerajaan, maka Konstantinopel akan menjadi kota yang paling cocok untuk menjadi ibukota kerajaan tersebut”.
Tentang kota ini, Rasulullah saw memberi kabar gembira bahwa kelak, kota Konstantinopel akan jatuh di bawah kekuasaan Islam. Rasulullah saw bersabda:
“Konstantinopel akan bisa ditaklukkan di tangan seorang laki-laki. Maka orang yang memerintah di sana adalah sebaik-baik penguasa dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara” (HR. Ahmad).
Karena itu, para khalifah kaum Muslimin berlomba-lomba menaklukkan Konstantinopel dalam rentang waktu yang panjang. Tercatat, sejak masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan tahun 44 H hingga rombongan paling besar dilakukan pada masa Dinasti Umayyah di bawah Sulaiman bin Abdul Malik, semuanya gagal. Usaha berlanjut pada masa kekhalifahan Abbasiyah, khususnya pada masa Khalifah Harun al-Rasyid pada tahun 190 H. Meski sempat menimbulkan gejolak negeri Bizantium tapi misi penaklukan masih belum berhasil.
Di masa pemerintahan Muhammad al-Fatih, Konstantinopel baru berhasil ditaklukkan. Al-Fatih tidak sendirian. Ia sempat putus asa mengatur serangan ke Konstantinopel. Namun sang guru, Syeikh Syamsuddin, mendampingi dan menasihati agar tetap terus berjuang. Pengepungan benteng konstantinopel memakan waktu 54 hari. Banyak korban dari tentara Utsmani yang meninggal dunia. Para pejabat militer hampir putus asa gagal menaklukkan konstantinopel. Tapi, Syeikh Syamsuddin sangat yakin, hadis Rasulullah saw akan terealisasi pada Muhammad al-Fatih, tidak pada lainnya.
Dalam suatu persiapan serangan, Syeikh Syamsuddin menyendiri di kemah. Ia melarang seorang pun untuk masuk. Muhammad al-Fatih memaksa masuk kemahnya. Dan ia menyaksikan sang Guru khusyu’ bermunajad kepada Allah. Ia bersujud kepada Allah dalam suatu sujud yang panjang. Sorbannya terlepas dari kepalanya sehingga membuat rambut kepalanya yang memutih menyentuh bumi. Sedangkan jenggotnya yang mutih memantul sinar laksana cahaya. Sang guru bangkit dari sujudnya dengan air mata berlinang dari kedua pipinya. Dia berdoa kepada Allah swt agar kemenangan dikaruniakan kepada al-Fatih dan meminta penaklukan dapat terlaksana kota dalam jangka waktu yang dekat.
Ketika terjadi penyerbuan ke benteng Konstantinopel, Syeikh Syamsuddin mendatangi Muhammad al-Fatih untuk memberi nasihat penting tentang hukum-hukum syariat dalam peperangan, serta hak-hak kaum yang ditaklukkan sebagaimana diatur dalam syariat.
Mengobarkan Semangat Jihad
Syeikh Syamsuddin berpidato di hadapan pasukan Utsmani: “Wahai tentara Islam, ketahuilah dan ingatlah bahwa Nabi saw bersabda, ‘Konstantinopel akan bisa ditaklukkan di tangan seorang laki-laki. Maka orang yang memerintah di sana adalah sebaik-baik penguasa dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara’. Kita memohon kepada Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi, semoga Dia memberikan kita taufik dan mengampuni semua. Ketahuilah, janganlah kalian berlaku berlebih-lebihan dari apa yang kalian dapat dari harta rampasan perang, dan janganlah kalian berlaku boros. Infakkan harta di jalan yang baik untuk penduduk kota ini. Dengarkan apa yang dikatakan Sultan kalian dan taatilah dia dan cintailah. Wahai sultanku, kau telah menjadi tanda mata Bani Utsmani. Maka jadilah engkau sebagai mujahid di jalan Allah selamanya”. Setelah itu dimulailah serangan ke benteng raksasa Konstantinopel. Tepat pada jam 1 pagi 29 Mei 1435 benteng yang berdiri berabad-abad lamanya jebol. Pasukan al-Fatih berhasil menguasai kota dan pasukan Bizantium tidak berdaya. Selama itu pula, Syeikh Syamsuddin tidak pernah meninggalkan al-Fatih dan pasukannya. Ia ingin menyaksikan langsung realisasi hadis Rasulullah saw.
Muhammad al-Fatih betul-betul ditempa spiritualnya oleh Syeikh Syamsuddin. Sultan al-Fatih pernah mengirimkan uang sebanyak seribu dinar kepadanya. Namun Syeikh Syamsuddin menolaknya. Bahkan, Syeikh tidak memberi penghormatan berdiri untuk sang Sultan ketika mau pamit keluar. Sultan al-Fatih pun kecewa.
Seorang pembantu Sultan mengatakan, “Mungkin dia melihat dalam dirimu ada perasaan sombong karena penaklukan ini, yang sebelumnya tidak bisa dilakukan para Sultan sebelum kamu. Dengan demikian, Syeikh bermaksud menghapuskan rasa sombong itu darimu”. Demikianlah Syeikh Syamsuddin memberi pelajaran kepada sultan al-Fatih. Agar supaya sultan selalu berjalan di atas syari’ah tidak terbuai oleh kekuasaan.
Pelajaran keras diberikan sejak Muhammad al-Fatih masih kecil. Pada suatu hari, ia memanggil Muhammad al-Fatih kemudian memukulnya keras, karena melakukan kesalahan ringan. Pukulan keras Syeikh ini ternyata dikenang terus oleh al-Fatih. Hingga ia dewasa memangku kesultanan. Hingga suatu saat ia memanggil Syeikh Syamsuddin dan menanyainya: “Mengapa Anda memukulku waktu itu padahal aku tidak melakukan apa-apa yang layak dipukul?”
Makas Syeikh menjawab: “Karena aku ingin mengajarimu rasanya kezhaliman dan bagaimana orang yang terzhalimi tidur, agar ketika engkau menduduki posisi kepemimpinan, engkau tidak menzhalimi seorang pun!”. Mendengar penjalasan Syeikh, al-Fatih langsung meminta maaf kepada Syeikh, karena memiliki pikiran negatif dan akhirnya mencium kepala serta tangan gurunya tersebut.
Syeikh Syamsuddin begitu terhormat di mata sang Sultan. Muhammad al-Fatih, meski menjadi sultan yang kekuasannya meluas hingga separoh negeri Eropa, tidak pernah meremehkan nasihat Syeikh. Sang Syeikh pun tidak pernah menjadi penjilat, tidak pernah memberi penghormatan berlebihan. Ia tidak takut kecuali kepada Allah. Karena itu, setiap kali sultan datang menziarahi, Syeikh Syamsuddin tidak pernah berdiri dari tempat duduknya untuk menyambutnya. Justru sebaliknya ketika yang menziarahi Sultan, sultan-lah yang berdiri untuk menyambut gurunya tersebut lalu mencium tangannya.
Jasa Syeikh Syamsuddin sangatlah besar untuk kesultanan Utsmani dan sultan al-Fatih. Beliau mendidik sultan dengan dua hal besar:
  1. Melipatgandakan semangat gerakan jihad di dalam Dinasti Utsmani
  2. Terus-menerus menanamkan dalam diri sultan Muhammad sejak kecil bahwa dialah yang dimaksudkan dalam hadis Nabi saw: “Sungguh Konstantinopel itu akan ditaklukkan. Maka sebaik-baik panglima adalah panglima (yang menaklukkannya) dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya” . Hingga akhrinya pikiran Muhammad al-Fatih benar-benar dipenuhi dengan pemikiran bahwa memang dialah yang dimaksudkan dalam hadis ini.
Para hali sejarah mengatakan bahwa Syeikh Syamsuddin itulah Sang Penakluk bagi konstantinopel. Dialah yang telah mengajarkan kepada al-Fatih berbagai ilmu, baik ilmu setrategi perang maupun ilmu falak, sejarah dan matematika.
Ahli Ilmu Kedokteran
Syeikh Syamsuddin bukan hanya ahli bidang syariah, tasawuf dan akhlak, namun ia juga dikenal ahli pengobatan. Syeikh memiliki kepedulian terhadap penyakit jasmani, sebagaimana ia peduli dengan penyakit-penyakit rohani. Dia menulis kitab berjudul Maadat al-Hayat. Dalam buku tersebut, Syeikh mengatakan, “Sangat keliru jika dikatakan bahwa penyakit-penyakit itu berpindah dari satu orang ke orang lain dengan cara menular. Penularan ini sangat kecil dan renik, hingga tidak mampu dilihat oleh mata telanjang. Penularan ini terjadi karena adanya kuman yang hidup”.
Dia dikenal orang pertama yang melakukan penelitian kuman pada abad ke-15 M. Dimana pada saat itu belum ada mikroskop. Ia jauh mendahului ilmuan Eropa. Eropa baru melakukan penelitian tentang kuman empat abad setelah Syeikh Syamsudin. Dilakukan oleh Louis Pasteour, ahli Biologi dan Kimia asal Prancis. Namun, dalam dnia ilmu Biologi, Louis Pasteour lebih dikenal daripada Syeikh Syamsuddin.
Karya-karya Syeikh cukup beragam, mulai tentang akhlak, tasawwuf, hingga kedokteran. Di antara karyanya adalah; Madaat al-Hayat, Kitab al-Thibb,  Hallul Musykilat, al-Risalah al-Nuriyah, Maqalatul Auliya’, Risalah fi Dzikrillah, Talkhish al-Mata’in, Daf’u al-Mataa’in, Risalah fi Syarh Haaji Bayaram Wali. Syeih Syamsuddin meninggal dunia di kota tempat tinggalnya, Koniyoka, wilayah Turki pada tahun 863 H/1459 M.
Sumber: Al-Ustmaniyah fi al-Tarikh wa al-Hadharah, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Muhammad al-Fatih Penakluk Konstantinopel
Oleh : Kholili Hasib –

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G