Skip to main content

Netanyahu dan 'Tembok Ratapan'

 https://www.facebook.com/toro.kambali.7/posts/10224622857175423

 

Netanyahu dan 'Tembok Ratapan'
Sambil mancing n mumpung sinyal bagus sy membaca berita2 yg intinya bahwa:
- rumah warga West Bank digusur krn mau dihuni oleh settler Israeli.
- Netanyahu masih ingin jd PM walau hasil pemilu masih terkatung2.
- Media main stream 'dikibuli' oleh Netanyahu kalau militer Israel mau serangan darat untuk memancing Hamas keluar dari 'sarang'.
- Joe Biden sedang mendekati Iran untuk negosiasi nuklir yg hal ini bisa merupakan kerugian bagi Israel.
- Yg lebih pathetik lagi: aparat Israel mulai gebukin warga Palestina di West Bank gara2 tayangan TikTok beberapa remaja Palestina pentungin seorang pendeta Yahudi yg sedang sembahyang di Tembok Ratapan.
Bagi sy ini kok sptnya akal2an Neyanyahu dkk untuk capitalizing situasi spy berpihak kepadanya. Apalagi kalau Iran juga terpancing, mengingat Hamas banyak disupport Iran.
Hehe, soal 'Kuil Solomon' dan 'Tembok ratapan' sy ada cerita sedikit:
Konon pemerintahan David yg diteruskan oleh Solomon tdk berlangsung terlalu lama. Sepeninggal Solomon 922 BC, huru-hara pun segera membara, mengkristal menjadi 2 faksi: kubu Jenderal Jeroboam vs Rehoboam yg mengklaim keturunan Solomon. Lalu meledak menjadi civil war hingga membelah negara jadi 2. Jend. Jerohoam memprokkamirkan negara Israel atas konfederasi 10 suku di utara dgn ibukota di Samaria, sedangkan Rehoboam memproklamirkan negara Judah atas konfederasi 2 suku dgn ibukora di Jerusalem.
Rupa2nya Israel ini selalu bikin ribut di kawasan itu sampai2 kemudian tdk mau berkolaborasi dgn superpower masa itu, Assiria, bahkan menentang. Tak ayal, Israel pun digebuk di thn 722 BC oleh Emperor Sargon. Samaria dihancur-leburkan. Dan yg lebih parah, seluruh warga Israel dideportasikan (bukan dibasmi!) diangkut, dipisah2kan, ditebarkan ke sepenjuru imperium, dan terserap. Hilanglah sudah identitas nasional Israel.
Sedangkan Judah survive bukan krn digdaya, tp krn mereka melakukan suatu respons yg 'lebih masuk akal' thd tantangan: bayar upeti ke sang superpower!
Satu abad berselang, superpower pun berpindah tangan ke Babilonia. Dan, Judah pun mulai lupa diri. Ketika Emperor Nebukhadnezar menagih upeti, Judah tdk terlalu hirau. "Wong Assiria sudah keok ngapain terusin bayar upeti ke pihak lain."
Nebukhadnezar pun ngamuk2. Dikepunglah Jerusalem di thn 597 BC. Masih bandel mereka bahkan berani melawan. Tak ayal, dihajarlah Jerusalem. Semua infrastruktur diluluhlantakkan tak terkecuali kuil2 persembahtangan ala Judah itu. Sejarah berulang, semua warga Judah akhirnya dideportasi diangkut ke Babilonia. Tp kali ini Nebukkadnezar tidak pusing untuk membuat program mengasimilasikan mereka krn mungkin dipikir warga Judah ini tdk banyak. Hanya merupakan konfederasi 2 suku.
Di Babilonia inilah, warga Judah pengasingan ini mulai terbelah dlm 2 pandangan: nasionalisme vs internasionalme (diaspora). Dan kisah2 romantisne 'nabi2' pun mulai bermunculan spt Hosea, Amos, Isaiah, dll, dgn tema2 seputar nasionalisme vs diaspora. Dan yg justru lebih mengernyitkan alis, banyak tokoh Judah menjulang menjadi bisnisman besar bahkan menduduki jabatan penting di ibukota Babilonia, yakni kota Babilon.
Sehingga tak mengherankan kalau tak lama kemudian, di thn 538 BC, kota Babilon dengan mudah berpindah tangan kepada rezim baru, Cyrus si Persia tanpa banyak pertumpahan darah. Dan, simsalabim, Emperor Cyrus membuat kebijakan bahwa orang Judah boleh pulang ke Jerusalem! Hehe, 'licin' ya?
Bagi Cyrus, lebih baik Jerusalem dihidupkan lagi, diberdayakan dan produktif krn toh lebih banyak orang Judah yg memilih untuk menjadi warga kosmopolitan imperium Persia. Lalu dia mengirimkan 3 tokoh untuk memimpin kalangan nasionalis tsb pulang ke Zion. Dari sinilah istilah Zionis bermula. Tiga tokoh itu: pendeta Jeshua dan 2 politikus yaitu Zerubabel dan Shesbazar. Mereka inilah yg membangun what so called 'Kuil Solomon'. Satu abad kemudian, 2 orang tokoh Judah datang lagi dari Persia ke Jerusalem: Ezrah dan Nehemiah. Dengan dana yg jauh lebih besar dr kalangan bisnisman, mereka membawa lebih babyak pengikut nasionalis. 'Kuil Solomon' itu diperbesar dan tembok (yg berabad kemudian disebut Wailing Wall, Tembok Ratapan) didirikan.
Well, singkat cerita itulah sekelumit ttg Zionis, Kuil Solomon dan Tembok yg dibangun atas prakarsa Persia yg berpikiran politik n bisnis. 'Relijius' itu cuma gincu, cara yg gampang menarik massa yg tidak mapan n miskin.
Sampai alkhirnya nantinya di thn 70 AD, Roma di bawah Vespasian yg diteruskan oleh Titus akhirnya mengepung lalu menghajar Jerusalem dan meluluh-lantakkan apa yg disebut 'Kuil Solomon' 'made in Persia' itu. Dan, tembok itu tersisa secuil yg kini disebut Tembok Ratapan.

 

Comments

Popular posts from this blog

The Difference Between LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition (#31313) and LEGO MINDSTORMS Education EV3 (#45544)

http://robotsquare.com/2013/11/25/difference-between-ev3-home-edition-and-education-ev3/ This article covers the difference between the LEGO MINDSTORMS EV3 Home Edition and LEGO MINDSTORMS Education EV3 products. Other articles in the ‘difference between’ series: * The difference and compatibility between EV3 and NXT ( link ) * The difference between NXT Home Edition and NXT Education products ( link ) One robotics platform, two targets The LEGO MINDSTORMS EV3 robotics platform has been developed for two different target audiences. We have home users (children and hobbyists) and educational users (students and teachers). LEGO has designed a base set for each group, as well as several add on sets. There isn’t a clear line between home users and educational users, though. It’s fine to use the Education set at home, and it’s fine to use the Home Edition set at school. This article aims to clarify the differences between the two product lines so you can decide which

Let’s ban PowerPoint in lectures – it makes students more stupid and professors more boring

https://theconversation.com/lets-ban-powerpoint-in-lectures-it-makes-students-more-stupid-and-professors-more-boring-36183 Reading bullet points off a screen doesn't teach anyone anything. Author Bent Meier Sørensen Professor in Philosophy and Business at Copenhagen Business School Disclosure Statement Bent Meier Sørensen does not work for, consult to, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and has no relevant affiliations. The Conversation is funded by CSIRO, Melbourne, Monash, RMIT, UTS, UWA, ACU, ANU, ASB, Baker IDI, Canberra, CDU, Curtin, Deakin, ECU, Flinders, Griffith, the Harry Perkins Institute, JCU, La Trobe, Massey, Murdoch, Newcastle, UQ, QUT, SAHMRI, Swinburne, Sydney, UNDA, UNE, UniSA, UNSW, USC, USQ, UTAS, UWS, VU and Wollongong.

Logic Analyzer with STM32 Boards

https://sysprogs.com/w/how-we-turned-8-popular-stm32-boards-into-powerful-logic-analyzers/ How We Turned 8 Popular STM32 Boards into Powerful Logic Analyzers March 23, 2017 Ivan Shcherbakov The idea of making a “soft logic analyzer” that will run on top of popular prototyping boards has been crossing my mind since we first got acquainted with the STM32 Discovery and Nucleo boards. The STM32 GPIO is blazingly fast and the built-in DMA controller looks powerful enough to handle high bandwidths. So having that in mind, we spent several months perfecting both software and firmware side and here is what we got in the end. Capturing the signals The main challenge when using a microcontroller like STM32 as a core of a logic analyzer is dealing with sampling irregularities. Unlike FPGA-based analyzers, the microcontroller has to share the same resources to load instructions from memory, read/write the program state and capture the external inputs from the G